Revitalisasi Pabrik Gula harus Sejalan dengan Kecanggihan Teknologi

19-02-2021 / KOMISI VI
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Mohamad Hekal saat memimpin kunjungan kerja Komisi VI DPR RI ke Jawa Tengah, membahas progres kinerja BUMN dalam menghadapi tantangan pandemi Covid-19 di Pendopo Istana Mangkunegaran Surakarta, Solo, Jawa Tengah, Kamis (18/2/2021). Foto : Nadia/Man

 

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Mohamad Hekal mengatakan, keinginan PT Perkebunan Nusantara/PTPN (Persero) terkait adanya lahan untuk penanaman tebu dan juga revitalisasi pabrik gula harus sejalan dengan kecanggihan teknologi yang dimiliki oleh pabrik-pabriknya. Ia menilai, pabrik milik PTPN teknologinya masih kalah dengan pabrik swasta, sehingga belum tentu efisien meskipun telah direvitalisasi nantinya.

 

“Kalo mereka tidak bisa efisien, bagaimana mereka akan membiayai perkebunan tebu dengan bagus karena HPP (harga pembelian pemerintah, red) dari petani sudah tinggi. Saya bilang itu tinggi karena pabrik kita tidak efisien dan juga karena produktivitas lahannya juga rendah,” ungkap Hekal. di Pendopo Istana Mangkunegaran Surakarta Solo, Jawa Tengah, Kamis (18/2/2021).

 

Politisi Fraksi Partai Gerindra ini berharap produktivitas lahan ke depannya bisa ditingkatkan lagi. “Hari ini misalnya 1 hektar itu bisa menghasilkan 60 sampai 70 ton tebu, kalau bisa ditingkatkan lagi menjadi 100. Itu adalah peningkatan produktivitas yang sangat signifikan,” ungkapnya.

 

Lebih lanjut Hekal berpandangan, jika pabrik milik PTPN ini bisa meningkatkan rendemen yang pada umumnya antara 6 sampai 7 tahun, menjadi 10 tahun sebagaimana pabrik-pabrik swasta, tentu ini akan menghasilkan cost yang efisien. Sehingga HPP dari petani juga dapat turun jauh, sehingga sudah tidak mungkin akan terdengar lagi keluhan petani yang kesusahan.

 

“Kalo menurut pengalaman saya di Komisi VI, salah satu utamanya adalah kita tidak serius merevitalisasi pabrik gula karena kita juga tidak fokus di situ. Akhirnya kita kalah saing dengan swasta. Kalau mau fokus, bukan hanya pabrik, tapi juga di lahan tebu dan pertanian tebu. Keduanya harus bergandengan. Yang pasti harus pabriknya dulu, karena kalau lahan tebu produktivitasnya sudah tinggi pabriknya tetap tua, ya nanti tidak akan bisa meningkatkan produktivitas,” tutupnya. (ndy/es)

BERITA TERKAIT
Asep Wahyuwijaya Sepakat Perampingan BUMN Demi Bangun Iklim Bisnis Produktif
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana akan melakukan rasionalisasi BUMN pada tahun 2025. Salah...
147 Aset Senilai Rp3,32 T Raib, Komisi VI Segera Panggil Pimpinan ID FOOD
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan raibnya 147 aset BUMN ID Food senilai Rp3,32 triliun. Menanggapi laporan tersebut,...
Herman Khaeron: Kebijakan Kenaikan PPN Difokuskan untuk Barang Mewah dan Pro-Rakyat
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen akan mulai berlaku per 1 Januari 2025. Keputusan ini...
Herman Khaeron: Kebijakan PPN 12 Persen Harus Sejalan dengan Perlindungan Masyarakat Rentan
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyoroti pentingnya keberimbangan dalam implementasi kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai...